Selamat, Pak Jokowi! Indonesia Anti Resesi



MEDIA INDONESIA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II tahun ini diperkirakan mencapai 5,17% (year on year/yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan kuartal I-2022.

Jika proyeksi tersebut sesuai kenyataan maka ekonomi Indonesia akan tumbuh di atas 5% selama tiga kuartal beruntun. Artinya, resesi akan semakin menjauh dari Bumi Pertiwi.


Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 145 institusi juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai 3,50% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter to quarter/qtq). Pada kuartal I-2022, ekonomi Indonesia tumbuh 5,01% (yoy) tetapi mengalami kontraksi sebesar 0,96% (qtq).

Hasil polling sejalan dengan proyeksi dari Bank Indonesia (BI) dan pemerintah. Pada Senin (1/8/2022), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2022 akan bertahan di atas 5%.

Sementara itu, Gubernur BI Perry Warjiyo memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal kedua menembus 5,05%. Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data pertumbuhan ekonomi kuartal II-2022 pada Jumat (5/8/2022).

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan kuatnya konsumsi rumah tangga, pelonggaran mobilitas, ekspor yang meningkat, dan situasi Covid-19 yang terkendali menjadi penggerak ekonomi Indonesia pada April-Juni 2022.

"Konsumsi rumah tangga akan menjadi motor utama penggerak ekonomi. Permintaan masyarakat dan aktivitas ekonomi terus meningkat. Penyaluran bantuan tunai juga ikut menaikkan konsumsi," tutur Faisal kepada CNBC Indonesia.

Ekonom Bank Danamon Irman Faiz mengatakan perayaan Hari Raya Idul Fitri yang digelar secara normal merupakan penggerak utama konsumsi pada kuartal II-2022.

"Konsumsi rumah tangga cukup terdorong oleh faktor lebaran. Lebaran tahun ini kondisi hampir normal sementara lebaran tahun lalu masih rendah," tutur Irman, kepada CNBC Indonesia.

Sebagai catatan, Ramadan tahun ini berlangsung sejak 3 April hingga 1 Mei sementara Hari Raya Idul Fitri jatuh pada 2 Mei 2022. Setelah dua tahun merayakan Lebaran dalam pembatasan mobilitas, warga Indonesia bisa merasakan kembali Hari Raya Idul Fitri yang meriah pada tahun ini.

Pemerintah bahkan mengizinkan masyarakat untuk mudik setelah melarangnya pada 2020 dan 2021. Data Kementerian Perhubungan memperkirakan ada 85,5 juta pergerakan orang mudik selama Lebaran tahun ini.

Besarnya masyarakat yang mudik berimbas pada perputaran uang selama Lebaran. Bank Indonesia memperkirakan perputaran uang selama mudik mencapai Rp 180,2 triliun, meningkat 16,6% dibanding periode yang sama tahun 2021 sebesar Rp 154,5 triliun.

Uang tersebut tentu saja tidak hanya berputar di Jakarta atau kota besar saja tetapi juga mengalir ke daerah seiring mobilitas mudik sehingga mendongrak pertumbuhan di daerah.

Data Bank Indonesia juga menunjukkan Indeks Penjualan Riil berada di 239,2 pada April 2022. Pencapaian tersebut adalah yang tertinggi sejak Mei 2019 atau dalam tiga tahun terakhir. Indeks Kepercayaan Konsumen pada Mei bahkan meloncat ke 128,9. Indeks itu adalah yang tertinggi sepanjang sejarah Indonesia.

Sementara itu, Mandiri Spending Index mencatat selama Ramadan tahun ini, indeks frekuensi belanja berada di level 179,4, sementara indeks nilai belanja naik ke level 159,9.

Catatan tersebut adalah yang tertinggi sepanjang pandemi Covid19 atau lebih dari dua tahun terakhir.

Pelonggaran mobilitas juga diperkirakan mendorong konsumsi pada kuartal lalu. Sebagai catatan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada pertengahan Mei mengizinkan warga Indonesia melepas masker saat berada di luar ruangan. Masyarakat hanya diminta memakai masker ketika beraktivitas di dalam ruangan.

Pemerintah juga tetap mengendurkan mobilitas masyarakat meskipun ada kenaikan kasus Covid-19 sejak akhir Mei karena sub-varian BA.4, BA5. Untuk semakin menggerakkan konsumsi, pemerintah juga telah mengizinkan pertunjukan musik, pameran, hingga event belanja terbesar di DKI Jakarta yakni Jakarta Fair.

Namun, Irman mengatakan konsumsi bukan faktor tunggal penggerak ekonomi pada kuartal II. Kinerja ekspor hingga investasi juga tidak kalah kinclong dan menopang laju ekonomi pada April-Juni.

0 Response to "Selamat, Pak Jokowi! Indonesia Anti Resesi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel